Mencermati kondisi saat ini utamanya di akhir tahun 2024, di berbagai daerah, juga wilayah di Indonesia akan dilaksanakan pemilihan kepala daerah, baik bupati, walikota maupun gubernur.
Termasuk di Jawa Timur yang merupakan lumbung sumber daya manusia, yang menarik pada pilgub kali ini adalah munculnya figur calon pemimpin dari kalangan perempuan, adapun wakilnya laki laki.
Ada yang maju karena merasa terpanggil untuk memperbaiki nasib rakyat di daerah, ada yang sebagai petahana, juga ada muncul figur baru dan ada yang karena dia populer di daerah tersebut.
Apabila popularitas merupakan ukuran yang dipakai untuk mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi kepala daerah, ataupun wilayah maka betapa sempitnya makna seorang pemimpin.
Menurut hemat penulis, pemimpin adalah seorang teladan bagi masyarakatnya dalam berbagai hal, seperti perilaku, ilmu, dan kehidupannya. Lebih dari itu, ia juga seorang visioner yang mampu membawa masyarakat yang dipimpinnya menjadi masyarakat yang baik di masa yanga akan datang.
Tentunya mempunyai langkah strategi yang akan dilakukan untuk menghadapi tuntutan dan tantangan zaman di era kini yang semakin kompleks permasalahan sehingga dapat dan mampu mengambil atau merumuskan strategi pemecahan masalah dan memberikan solusi terbaik.
Seorang pemimpin juga harus mampu bertindak adil bagi semua. Karena keadilan merupakan dambaan bagi setiap insan. Bila seorang pemimpin tidak bertindak adil, maka masyarakat akan mencampakkannya.
Pemimpin juga sebagai pelayan masyarakat. Karena itu, seorang pemimpin yang baik selalu berpikir bagaimana memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakatnya. bagaimana mungkin seseorang bisa menjadi pemimpin yang baik jika tidak memiliki jiwa melayani sehingga dicintai warganya.
Seorang pemimpin bukan hanya pintar secara akademik, tetapi juga memiliki kepribadian agama yang kuat dan memberi contoh perilaku Islami kepada rakyatnya. Sebab, nilai-nilai agama yang dianut seorang pemimpin akan membentuk cara dan paradigma berpikirnya serta setiap keputusan yang akan diambil.
Setiap era membutuhkan ciri kepemimpinan tersendiri, karena tantangan dan masalah kebangsaan semakin kompleks. Strategi pembangunan dan persaingan global pun turut membutuhkan kepemimpinan otentik yang mampu menguasai fenomena perubahan di berbagai bidang.
Sementara itu, berkaca pada visi membangun generasi emas 2045 era 100 tahun Indonesia merdeka, tentu membutuhkan persiapan. Adapun persiapannya meliputi kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, menciptakan SDM unggul dan tangguh.
Selain itu, dalam perjuangan mewujudkan visi generasi emas 2045 bangsa Indonesia masih dihadapkan pada krisis kepemimpinan.
Al Qur’an juga menegaskan bahwa fitrah seorang laki-laki adalah menjadi pemimpin (qawwam) sebagaimana firman-Nya.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka (QS An Nisa ayat 34)
Peran qawwam bagi laki-laki dalam keluarga lingkup kecil juga dalam lingkup wilayah adalah peran yang mencakup memimpin, menjaga, melindungi, menafkahi dan mendidik. Tentunya, terpenuhinya kapasitas untuk menjadi qawwam tidaklah didapat lewat proses yang instant. Namun hal itu merupakan hasil daripada proses pembentukan yang panjang yang idealnya disiapkan sejak dini melalui proses pendidikan.
Maka sebagai warga negara yang memiliki hak dalam memilih pemimpin maka utamakan kepribadian agama, keluasan ilmu dan integritasnya bukan memilih berdasarkan popularitas. Dan lebih penting bila ada sosok pemimpin laki-laki perlu di dahulukan tentu dengan melihat kapasitas kepemimpinannya.
Semoga Allah mampukan dalam mendidik sosok laki-laki menjadi calon qawwam (pemimpin) yang diridhoi Allah Swt dimasa yang akan datang di Jawa Timur.
*Adib Nursyahid ~ Ketua Pemuda Hidayatullah Jawa Timur